Masalah stunting pada anak akan menghambat perkembangan sel otak, dampak negatif ini akan berlanjut dalam kehidupan setelahnya.
Hal ini karena sekitar 70% pembentukan sel otak terjadi sejak janin masih dalam kandungan hingga anak berumur dua tahun.
Presentase balita pendek atau stunting di Indonesia masih sangat tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus ditanggulangi. Di dunia terdapat 178 juta jiwa anak dibawah lima tahun mengalami kejadian stunting (WHO,2012).
Salah satu cara untuk mencegah stunting menurut rekomendasi WHO dan UNICEF adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai bayi berumur enam bulan. ASI ekslusif artinya bayi tidak mendapat asupan lain selain ASI.
Pola asuh yang baik sejak anak dalam kandungan merupakan hal penting dalam pencegahan stunting. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan nilai OR = 61 artinya balita yang tidak diberikan ASI eksklusif berpeluang 61 kali lipat mengalami stunting dibandingkan balita yang diberi ASI eksklusif. Kemudian, balita yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki peluang 98% untuk mengalami stunting.
dr Klara menjelaskan bahwa ASI tak hanya sekedar susu ibu. Tetapi ASI juga mengandung faktor bioaktif, zat yang bermanfaat untuk kesehatan seperti immunoglobulin, human milk oligosaccharides (HMO), sel darah putih, antimicrobial, bahkan mengandung sel-sel hidup.
Dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan khususnya Bab VIII tentang Gizi pada pasal 141 ayat 1 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat di tunjukan untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat.
Antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses mutu pelayan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Upaya pembinaan dan intervensi gizi yang dilakukan pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan yaitu diantaranya dengan program screening balita stunting di posyandu. Balita yang mengalami stunting dapat di pengaruhi dari kondisi ibu/ calon ibu, masa janin dan ,masa bayi/ balita, termasuk penyakit yang di derita selama masa balita.
Seperti masalah gizi lainnya tidak hanya terkait masalah kesehatan umum namun juga dipengaruhi kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kondisi kesehatan balita.
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan di pengaruhi rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan dan dampak ke depan jika kesehatan terabaikan. Keadaan gizi masyarakat yang optimal dapat meningkatkan produktivitas dan angka harapan hidup masyarakat.
Keadaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sekip berdasarkan hasil BPB bulan Februari 2019 dengan indikator PB/U atau TB/U terdapat balita dengan status gizi sangat pendek 2 orang balita.
Puskesmas Sekip melakukan pemantauan kesehatan balita dengan resiko tinggi atau stunting . DATA STUNTING 2021 s.d. 2022 berjumlah sebanyak 3 orang
Inovasi Kelas Centing Asih (Kelas Cegah Stunting dengan MengASIhi) merupakan aktivitas belajar kelompok dalam kelas dengan anggota beberapa ibu balita yang mempunyai anak balita usia 0-5 tahun dengan menggunakan media kartu konseling PMBA sebagai alat pembelajaran.
ASI Esklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun hanya air putih samapai bayi berumur 6 bulan. Setelah usia 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 Tahun.
Dengan adanya kegiatan kelas Centing Asih ini ibu-ibu memahami dan mengerti apa itu ASI Eksklusif . Pelaksanaan kelas Centing ASIh ini memberikan pengetahun kepada ibu-ibu balita tentang Pemberian Makanan Tamabahan pada bayi dan balita.
Oleh karena itu, pelayanan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat dengan prioritas pada kelompok rawan, yaitu bayi dan balita pada situasi pandemi COVID-19.
Diharapkan dapat tetap berjalan dengan melakukan beberapa penyesuaian terkait dengan kebijakan pembatasan sosial yang diatur oleh pemerintah daerah setempat untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19.
Sumber: Sumatera Ekspres
Recent Comments